Rabu, 28 Agustus 2019

MEMBINA HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARKT DALAM MELAKSANAKAN DISIPLIN SEKOLAH


MEMBINA HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARKT DALAM MELAKSANAKAN DISIPLIN SEKOLAH

    A.   PENGERTIAN DISIPLIN DI SEKOLAH
Yaitu kedisiplinan siswa yang dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah. Dalam pelaksanaan disiplin, harus berdasarkan dari dalam diri siswa. Karena tanpa sikap kesadaran dari diri sendiri, maka apapun usaha yang dilakukan oleh orang di sekitarnya hanya akan sia-sia. Kedisiplinan mesti diterapkan secara tegas, adil dan konsisten.
Disiplin dimasyarakat yaitu mematuhi dan menjalankan segala tata tertib yang berlaku ditengah-tengah masyarakat guna membangun kehidupan bermasyarakat yang tertib, harmonis, serta meningkatkan kualitas masyarakat tersebut dari segala sudut pandang.

   B.    MEMBINA HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Berikut adalah jenis-jenis hubungan sekolah dan masyarakat :
1.      Hubungan edukatif, merupakan hubungan kerjasama dalam hal mendidik, yaitu antara guru dan orang tua di dalam keluarga. Hubungan ini di maksutkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip dan pertentangan yang dapat menggakibatkan keragu-raguan pada diri anak atau murid. Cara kerjasama tersebut dapat direalisaskan dengan mengadakan pertemuan yang direncanakan secara periodik antara guru-guru di sekolah dengan orang tua murid.
2.     Hubungan kultural, ialah usaha kerjasama antara sekolah dengan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada. Untuk itu diperlukan adanya hubungan kerjasama yang fungsional antara kehidupan di sekolah dan kehidupan dalam masyarakat. Kegiatan kuikulum sekolah disesusikan dengan kebutuhan dan tuntunan perkembangan masyarakat.
3.     Hubungan institusional, yakni hubungan kerjasama antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain. Dengan adanya hubungan ini, sekolah dapat meminta bantuan dari lembaga lain, baik berupa tenaga pengajar, pemberi ceramah, dan pengembangan materi kurikulum, maupu bantuan yang berupa fasilitas.

     C.   CONTOH HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT
1.      Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Terkait Kedisiplinan
Hubungan antara sekolah dan orang tua tersebut maka manfaat yang diharakan diperoleh adalah:
a.       Orang tua siswa mengetahui tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sekolah,
b.     Sekolah mengetahui semua kegiatan orang tua dan para siswa di rumah,
c.      Orang tua siswa mau memberi perhatian yang sangat besar dalam menunjang kegiatan-kegiatan sekolah.
2.      Hubungan sekolah dengan Instansi terkait
Sekolah perlu membina hubungan baik secara timbal balik dengan instansi terkait, instansi terkait itu seperti Lurah/ Kepala Desa, Puskesmas, Camat, Polsek, Koramil, LKMD, dan Posyandu. Hubungan yang dijalin dan upaya yang perlu dilaksanakan oleh sekolah, antara lain sebagai berikut:
a)      Menginformasikan program sekolah
b)      Ikut serta dalam kegiatan yang diadakan pemerintah, sepanjang tidak mengganggu proses belajar mengajar,
c)      Pada saat yang diperlukan, Kepala Sekolah atau guru yang ditunjuk mengadakan kunjungan ke Instansi Pemerintah sebagai salah satu cara pendekatan dari pihak sekolah,
d)     Sekali-kali dapat mengundang Pejabat Pemerintah d luar Depdikbud sebagai pembina dalam upacara bendera.


MENCIPTAKAN SUASANA KELAS YANG EFEKTIF


MENCIPTAKAN SUASANA KELAS YANG EFEKTIF

         A.         KONDISI BELAJAR YANG EFEKTIF
1.      Menarik minat dan perhatian siswa.
Kondisi belajar yang efektif yaitu saat guru membuka pembelajarn siswa sudah tertarik dalam proses pembelajarn sehingga saat memulai sampai menutup pembelajaran siswa selalu termotivasi dan semangat dalam proses pembelajaran.
2.      Membangkitkan motivasi siswa
Guru yang cekatan supaya kelas bisa efektif yaitu guru harus bbisa membangkitkan motivasi siswanya selalu memberikan motivasi penekanan-penakan supaya siswa tak pernah putus asa dalam hal apapun.
3.      Memberikan pelayanan individu.
Perlunya keterampilan guru dalam memberikan variasi pembelajaran agar dapat diserap oleh semua siswa dalam berbagai tingkatan kemampuan dan disini pulalah perlunya pelayayan individu siswa.
4.      Menyiapkan dan menggunakan berbagai macam media dalam pembelajaran. 
Alat peraga/media pelajaran adalah lata-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaiakn kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa.

         B.          MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG MENYENAGKAN
1.      Menciptakan iklim yang nyaman buat anak didik.
Iklim yang nyaman akan menghilangkan kecanggunagn siswa baik sesama guru maumpun sesam siswa sendiri.hal ini juga bisa mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan sehingga komunikasi antar pendidik dan anak pendidik dapat terhubung.
2.      Dengarkan dengan serius tiap komentar atau pertanyaan yang di ajukan oleh siswa.
Jika ada siswa mengajukan pertanyaan,sebisa fokus dan memperhatikannya meski sederhana hal ini akan menimbulkan percaya diri siswa karena ia di perhatikan.
3.      Jangan ragu memberikan pujian
Kita juga bisa memuji setiap komentar yang diajukan oleh anak didik.
4.      Berikan pertanyaan yang bisa di jawab siswa.
Untuk emngajak siswa memberikan komentar atau pertanyan maka giliran kitalah untuk mengajukan pertanyan dalam memancing untuk membuat anak didik kita tidak lagi bungkam di dalam kelas
5.      Biarkan siswa mengetahui pembelajaran sebelum kelas dimulai.
Minta para siswa untuk mempelajari bahan yang nantinya akan ditanyakan sehingga,ia akan mempersiapkannya terlelbih dahulu.
6.      Controlling 
Kontrol para siswa dengan alat kontrol yang sudah kita miliki.gunanya adalah untuk mengetahui seberapa banyak siswa yang berpartisipasi dalam kelas.


TAHAPAN PENANGGULANGAN DISPLIN KELAS


TAHAPAN PENANGGULANGAN DISPLIN KELAS

       A.        TAHAPAN PENANGGULANGAN DISPLIN KELAS
a.       Dimensi Pencegahan (preventif),
Dimensi Pencegahan (preventif), merupakan tindakan guru dalam mengatur peserta didik dan peralatan serta format pembelajaran yang tepat sehingga menumbuhkan kondisi yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Jadi, prosedur dalam dimensi pencegahan adalah berupa langkah-langkah yang harus direncanakan guru untuk menciptakan suatu struktur  kondisi yang fleksibel baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Prosedur tindakan pencegahan ini diarahkan pada pelayanan perkembangan tuntutan dan kebutuhan peserta diduk secara individual maupun kelompok yang dapat berupa kegiatan.
b.      Dimensi kuratif
Dimensi kuratif, merupakan tindakan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur terjadi penyimpangan agar penyimpangan itu tidak berlarut-larut. Dalam hal ini guru berusaha untuk menumbuhkan kesadaran akan penyimpangan yang dibuat dan akhirnya akan menimbulkan kesadaran dan tanggung jawab untuk memperbaiki diri melaui kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dapat dipertangjawabkan. Memperhatikan dua dimensi tindakan dalam manajemen kelas, maka langkah-langkah manajemen kelas bertumpu pada prosedur dimensi pencegahan dan prosedur dimensi penyembuhan.
a.       Prosedur dimensi pencegahan
Tindakan pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang mengganggu kondisi optimal brlangsungnya pembelajaran. Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu indicator keberhasilan manajemen kelas. Konsekuensinya adalah guru dalam menentukan langkah-langkah dalam rangka manajemen kelas harus merupakan langkah yang efektif dan efisien. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.      Peningkatan kesadaran diri sebagai guru
Merupakan langkah yang mendasar dan strategis karena dengan dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar guru dalam melaksanakan tugasnya. Implikasinya adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak pada sikap guru yang demokratis, sikap yang stabil, kepribadian yang harmonis, dan berwibawa. Penampakan sikap seperti ini akan menumbuhkan respond an tanggapan positif dari pesrta didik.
2.      Peningkatan pesrta didik
Interaksi antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran terjadi apabila dua kesadaran, kesadaran guru dan peserta didik bertemu.untuk meningkatkan kesadaran peserta didik maka kepada mereka perlu dilaksanakan hal-hal: memberitahukan akan hak dan kewajiban sebagai peserta didik, memperhatikan kebutuhan dan keinginan peserta didik, serta rasa keterbukaan antara guru dan peserta didik.
3.      Sikap polos dan tulus guru
Peran sngat besar dan berpengaruh dalam menciptakan kondisi optimal proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap para pesrta didik. Sikap ini mengandung makna bahwa guru dalam segala tindakannya tidak boleh berpura-pura bersikap dan bertindak apa adanya. Sikap hangat dan terbuka mau mendengarkan harapan dan keluhan peserta didik, akrab dengan guru akan membuka kemungkinan terjadinya interaksi dan komunikasi wajar antara guru dengan pesrta didik.
4.      Mengenal dan menemukan alternative pengelolaan
Untuk mengenal dan menemukan alternative pengelolaan langkah ini menuntut guru: melakukan identifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku pesrta didikyang sifatnya individual maupun kelompok, mengenal berbagi pendekatan dalam manajemen kelas, dan mempelajari guru-guru lainnya yang gagal atau berhasil sehingga dirinya memiliki alternative yang bervariasi dalam menangani berbagai problema manajemen kelas.
5.      Menciptakan kontrak social
Penciptaan kontrak social pada dasarnya berkaitan dengan standar tingkah laku yang diharapkan seraya memberi gambaran tentang fasilitas beserta keterbatasannya dalammemenuhi kebutuhan peserta didik. Pemenuhan kebutuhan tersebut sifatnya individual dan kelompok dan memenuhi kebutuhan serta tuntutan sekolah. Standar tingkah laku ini di bentuk melalui kontrak social antara sekolah atau guru dan peserta didik.

         B.         PROSEDUR DIMENSI PENYEMBUHAN (KURATIF)
Pada dasarnya langkah-langkah dimensi penyembuhan antara lain sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi masalah
Guru, pada langkah ini melakukan kegiatan untuk mengenal atau mengetahui masalah-masalah manajemen kelas yang timbul dalam kelas. Berdasar masalah tersebut guru mengidentifikasi jenis-jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan itu.
2.      Menganalisis masalah
Guru, pada langkah ini berusaha menganalisis penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan itu. Setelah diketemukan hal-hal yang berkaitan denganpenyimpangan tersebut guru kemudian melanjutkan usahanya yaitu menentukan alternatif-alternatif penanggulangan atau penyembuhan penyimpangan itu.
3.      Menilai alternatif-alternatif pemecahan
Guru, pada langkah ini adalah menilai dan dan memilih alternative pemecahan masalah berdasar sejumlah alternative yang telah tersusun. Menentukan alternative mana yang tepat untuk menaggulangi penyimpangan pserta didik.
4.      Mendapatkan balikan
Guru, pada langkah ini yang didahului dengan langkah monitoring, melakukan kegiatan kilas balik. Kegiatan kilas balik ini yaitu untuk menilai keampuhan pelaksanaan dari alternative pemecahan yang dipilih untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan kilias balik dapat dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan dengan peserta didik.


Minggu, 25 Agustus 2019

PRINSIP-PRINSIP DISIPLIN KELAS


PRINSIP-PRINSIP DISIPLIN KELAS

   A.    SUMBER PELANGGARAN DISIPLIN KELAS
1.      Guru
Ada beberapa faktor sumber pelanggaran disiplin kelas yang dilakukan oleh guru adalah:
a.       Tipe kepemimpinan guru yang otoriter yang memaksakan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan peserta didik, perlakuan seperti itu mngakibatkan murid pura-pura patuh, apatis atau sebaliknya, hal tersebut menjadikan murid agresif, murid memberontak terhadap perlakuan yang tidak manusiawi.
b.      Guru kurang memperhatikan kelompok minoritas baik yang ada dibawah maupun yang ada di atas rerata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan sekolah.
c.       Guru kurang melibatkan dan mengikut sertakan peserta didik bertanggung jawab terhadap kemajuan sekolah/kelas sesuai dengan kemampuannya.
d.      Guru kurang memperhatikan latar belakang kehidupan peserta didik dalam keluarga ke dalam subsistem kehidupan sekolah.
e.       Guru kurang mengadakan kerjasama dengan orang tua peserta didik dan saling melepas tanggung jawab.

2.      Siswa
Ketidak teraturan selama proses beiajar mengajar dapat disebabkan Juga oleh masalah yang ditimbulkan oleh peserta didik. Peserta didik biasanya cepat memanfaatkan situasi yang tidak menguntungkan untuk bcrbuat tidak disiplin. Banyak dari mereka tidak suka/benci terhadap sekolah. Hal ini dipersepsi dari adanya sekolah yang tidak memberi kcpuasan kepada semua harapan : siswa dan para lulusan. Sejumlah hal yang disebabkan oleh pescrta didik berikut ini cenderung memberi kontribusi membuat disiplin kelas terganggu seperti :
1)      anak yang suka "membadut" atau berbuat aneh yang semata-mata untuk menarik perhatian di kelas;
2)      anak dari keluarga yang kurang harmonis at au kurang perhatian dari orang tuanya;
3)       anak yang sakit;
4)      anak yang tidak punya temp at untuk mengerjakan pekerjaan sekolah di rumah;
5)       anak yang kurang tidur (karena melek mata sepanjang malam)
6)      anak yang malas membaca atau tidak mengerjakan tugas-tugas sekolah;
7)      anak yang pasif at au potensi rendah yang datang ke sekolah sekedarnya;
8)      anak yang memiliki rasa bermusuhan alau menentang kepada semua peraturan;
9)      anak memiliki rasa pesimis atau putus asa tcrhadap semua keadaan;
10)  anak yang berkeinginan berbuat segalanya dikuasai secara "sempurna",

3.      lingkungan
Langsung atau tidak langsung lingkungan, situasi, atau kondisi yang mengelilingi peserta didik merupakan masalah yang potensial menimbulkan terjadinya gangguan disiplin kelas. Lingkungan, situasi atau kondisi tersebut adalah:
1)      Lingkungan rumah atau keluarga, seperti: kurang perhatian, ketidak teraturan, pertengkaran, ketidak harmonisan, kecemburuan, masa bodoh, tekanan, sibuk dengan urusannya masing-masing.
2)      Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti: lingkungan kriminal, lingkungan bising, lingkungan minuman keras.
3)      Lingkungan sekolah, seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku/jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, bau makan dari cafetaria, suasana gaduh dari praktik pelajaran musik/bengkel ruang sebelah.
  
   B.     PERATURAN DAN TATARTIB KELAS
Peraturan dan tata tertib kelas untuk sekolah dasar seperti yang tercantum dalam Petunjuk Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:79-81) antara lain harus memuat hal-hal berikut ini.
1.      Masuk Sekolah
Siswa harus datang selambat-lambatnya 10 menit sebelum pelajaran dimulai.
a)      Siswa harus memasuki ruangan kelas ketika bel masuk sudah berbunyi
b)      Siswa menaruh tas dan alat tulis di laci meja masing-masing.
c)      Siswa yang mendapat tugas jaga atau piket harus hadir lebih awal.
d)     Siswa yang sering terlambat harus diberi teguran.
e)      Siswa yang tidak masuk karena alasan tertentu harus memberi tahu sebelum maupun sesudahnya secara lisan atau secara tertulis.
f)       Guru tidak boleh terlambat atau absen tanpa izin.
2.      Masuk kelas
Murid segera berbaris di depan kelas ketika bel berbunyi
a.       Ketua kelas menyiapkan barisan
b.      Murid masuk kelas dengan tertib dan duduk di bangku masing-masing
c.       Guru memeriksa kerapihan, kebersihan dan kesehatan murid satu persatu yaitu: kebersihan kuku, kerpian rambut, kerapian baju dan sepatu
3.      Didalam kelas
a.       Doa bersama dipimpin oleh salah seorang siswa.
b.      Siswa memberi salam kepada guru dan pelajaran dimulai.
c.       Guru mencatat siswa yang tidak masuk di papan absen serta alasan atau keterangan.
d.      Pada saat pelajaran berlangsung siswa harus tetap tertib,tidak boleh ribut,bercanda, atau melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubunganya dengan pelajaran
e.       Siswa tidak boleh meninggalkan kelas tanpa izin atau alasan tertentu.
f.       Guru tidak diperkenankan meninggalkan kelas ketika pelajaran berlangsung kecuali ada urusan penting atau alasan tertentu
4.      Waktu Istirahat
a)      Pada saat bel istirahat berbunyi siswa keluar kelas dengan tertib.
b)      Siswa keluar kelas setelah guru sudah keluar kelas.
c)      Siswa tidak boleh berada di kelas ketika istirahat.
d)     Selama istieahat,siswa tidak diperkenankan meninggalkan sekolah tanpa izin.
e)      Pada saat bel masuk lagi berbunyi siswa masuk kelas dengan tertib dan duduk dengan tenang di tempatnya masing-masing.
f)       Waktu Pulang
5.      Waktu pulang
a)      Ketika bel pulang berbunyi,pelajaran berakhir dan di tutup dengan doa dan salam kepada guru.
b)      Guru memberikan nasihat,mengingatkan tugas,PR,dan sebagainya.
c)      Siswa keluar kelas dengan tertib setelah guru meninggalkan ruangan kelas